TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Semeru selalu menantang para pendaki untuk berpetualang. Gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, kian terkenal usai film laris 5 Cm yang dirilis pada Desember 2012. Wisatawan yang melebur dengan para pecinta alam ingin menggapai Mahameru, puncak Gunung Semeru.
Tren kenaikan jumlah pendaki bisa dilihat dari data pengunjung milik Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Pada 2016, jumlah total pengunjung 155.477 orang yang terdiri dari pengunjung domestik 153.702 orang dan turis asing 1.775 orang.
Pada 2017, jumlah pengunjung bertambah jadi 183.272 orang atau naik 15,16 persen, dengan 179.528 pengunjung lokal (naik 14,38 persen) dan 3.744 wisatawan mancanegara (52,17 persen). Jumlahnya naik lagi pada 2018 jadi 286.096 orang atau naik 35,94 persen dari 2017, dengan rincian pengunjung lokal 280.978 orang atau naik 36,10 persen dan pengunjung luar negeri 5.118 orang naik 27 persen.
Musim terbaik mendaki Semeru adalah sepanjang Juni-Agustus. Dalam pengalaman TEMPO, kepadatan jumlah pendaki paling terasa saat menapaki rute Ranu Pani hingga Ranu Kumbolo. Saking ramainya, suasana perkemahan di Ranu Kumbolo jadi mirip pasar malam.
Namun, menurut Kepala Balai Besar TNBTS John Kenedie, sudah banyak pengunjung Gunung Semeru yang mengalami musibah baik dalam kondisi hidup maupun meninggal akibat kelalaian dan kesengajaan korban sendiri. Musibah terbanyak dialami pengunjung saat menuruni Gunung Semeru, saat kondisi fisik dan mental pendaki sedang melemah.
“Berdasarkan pengalaman dan catatan kami, mayoritas musibah yang dialami pengunjung karena mereka mengabaikan peringatan yang sudah kami buat. Banyak rambu keselamatan dan larangan kami buat, tapi tetap saja dilanggar,” kata John, Rabu, 31 Juli 2019.
Para pendaki berkumpul Resor Ratu Pani di kaki Gunung Semeru pada Minggu, 1 April 2019. Jumlah pendaki kian meningkat yang mengunjungi Semeru. TEMPO/Abdi Purnomo
Petugas TNBTS di lapangan masih sangat sering menemukan pendaki pemula memasuki wilayah TNBTS hanya bermodal nekat dan semangat tanpa bekal informasi dan pengetahuan cukup tentang peta pendakian dan karakter alam taman nasional, serta terlalu memaksakan diri tanpa kondisi fisik dan mental yang prima.
Kelalaian dan kesengajaan berbuah musibah yang dialami dua pendaki dalam dua bulan terakhir. Pada 19 Mei lalu seorang pendaki berusia 62 tahun berkebangsaan Amerika Serikat bernama Prasetio Tjondro meninggal karena sakit diare saat berkemah di Ranu Kumbolo.
Tjondro mulai mendaki bersama 20 orang lainnya pada Jumat, 17 Mei 2019. Mereka dibagi dalam tiga tim. Tiap tim didampingi pemandu dan portir. Mereka sudah mendapat arahan mengenai prosedur pendakian dari petugas TNBTS di Pos Ranupani.
Terkait usia Tjondro, pada Juli 2013, Balai Besar TNBTS sebenarnya sudah membatasi usia pendaki Gunung Semeru minimal sepuluh tahun dan maksimal 60 tahun. Tapi, ketentuan ini banyak dilanggar pengunjung dengan cara memalsukan keterangan usia.